MajapahitSepeninggal Hayam Wuruk, Perebutan Kekuasaan Hingga Perang Saudara. Dok travelid. SURABAYA, Dalam kitab Negatakertagama disebutkan Hayam Wuruk meninggal dunia pada 1389. Penerus takhta Majapahit adalah Wikramawardhana, menantu Hayam Wuruk, suami dari Kusumawardhani, putri Hayam Wuruk dari permaisuri.

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID sqkZi1d42dVDSMC9peTHVEKrOg7YrULtdVtUkjSsO9dTxBtRXZN5fQ==
SementaraHayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, ia digantikan oleh keponakan yang juga menantunya, yaitu Wikramawardhana. Sepeninggal Indudewi, anaknya, yaitu Nagarawardhani mendapatkan gelar Bhre Lasem darinya. Namun, saat itu Raja Majapahit Timur juga mengangkat Kusumawardhani sebagai Bhre Lasem. Hal ini menyebabkan adanya dua orang Bhre Lasem.

Kekuasaan sesudah pemerintahan Hayam Wuruk Sepeninggal Hayam Wuruk, tahta kerajaan majapahit diduduki oleh Wikramawarddhana, ia adalah seorang Pangeran Mataram yang memegang hak waris. Ia juga merupakan menantu sekaligus keponakan raja Hayam Wuruk yang kemudian dikawinkan dengan putrinya, Kusumawardhani. Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki yaitu Bhre Wirabhumi tetapi bukan dari permaisuri melainkan merupakan putra dari selirnya. Raja sangat ingin memberikan bagian kekuasaan kepadanya. Kebetulan ia diangkat sebagai kepala daerah di Jawa Timur dan dikawinkan dengan saudara perempuan pemegang hak waris kerajaan itu. Dengan demikian, sesudah Hayam Wuruk wafat, majapahit pada hakekatnya sudah terbagi secara resmi, akan tetapi pengaturan semacam ini akan menjadi kerusuhan setelah Hayam Wuruk mangkat. Pemerintahan Wikramawardhana 1389-1429 adalah suatu kurun waktu keruntuhan yang cepat sekali. Perang saudara yang berkecamuk sebagai konsekuensi atas penolakan Wirabhumi untuk mengakui kekuasaan Majapahit pada saat penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Wikramawarddhana kepada putrinya yang bernama Suhita. Pada tahun 1401 mulailah timbul persengketaan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawarddhana. Tiga tahun kemudian persngketaan itu makin memuncak, dan menjadi hura-hura yang dikenal dengan peristiwa Paregreg, kedua belah pihak kemudian orang-orangnya menghimpun kekuatan dan akhirnya terjadilah perang. Dalam peperangan tersebut pada mulanya Wikramawarddhana mengalami kekalahan, akan tetapi setelah mendapat bantuan dari Bhre Tumapel yakni raja di Bagian Barat, ia dapat mengalahkan Wirabhumi, tahun 1406 Wirabhumi terbunuh dan kepalanya dibawa ke Majapahit sebagai tumbal pemulihan penyatuan kerajaan. Walaupun Bhre Wirabhumi sudah meninggal, peristiwa pertentangan keluarga itu belum reda juga. Bahkan timbul benih balas dendam di kalangan keluarganya sehingga persengketaan keluarga itu semakin berlarut-larut. Masa pemerintahan Suhita berakhir dengan meninggalnya Suhita pada tahun 1447, karena Suhita tidak mempunyai anak, sepeninggalnya tahta kerajaan Majapahit diduduki oleh adiknya Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya 1447-1451. Pada awal masa pemerintahannya tahun 1447, ia mengeluarkan prasasti Waringipitu, di dalam prasastinya itu ia disebutkan bergelar Wijaya Parakramawarddhana dan dijelaskan bahwa ia tidak lama memerintah. Pada tahun 1451 ia meninggal dan didharmakan di Kertawijayapura. Sepeninggal Kertawijaya, Bhre Pamotan menggantikan menjadi raja dengan bergelar Sri Rajasawardhana 1451-1453. Ia dikenal juga dengan sebutan sang Sinagara. Asal-usulnya tidak jelas kita ketahui, dari prasasti Waringinpitu diketahui bahwa Rajasawardhana disebutkan pada urutan ketiga sesudah raja dan prasasti yang dikeluarkan oleh Kertawijaya menyebutkan bahwa Rajasawardhana telah mempunyai kedudukan yang tinggi dan penting di Kerajaan Majapahit, menurut Pararaton, sepeninggal Rajasawardhana, selama tiga tahun 1453-1456 Majapahit mengalami masa kekosongan tanpa raja. Sebab-sebabnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga hal ini merupakan akibat dari adanya pertentangan perebutan kekuasaan di antara keluarga raja-raja Majapahit. Pertentangan keluarga yang berlarut-larut itu telah melemahkan kedudukan raja-raja Majapahit baik di pusat maupun di daerah sehingga sepeninggal Rajasawardhana tidak ada seorangpun di antara keluarga raja-raja Majapahit yang sanggup tampil untuk segera memegang tampuk pemerintahan di Majapahit. Raja-raja akhir Majapahit Dari tahun 1456-1466 yang memerintah Majapahit adalah Bhre Wengker dengan nama Hyang Purwawisesa. Dalam tahun 1466 ia digantikan oleh Bhre Pandansalas, sebelum ia menjadi raja di Majapahit ia berkedudukan sebagai raja daerah Tumapel selama dua tahun. Dalam tahun 1466, ia terdesak oleh Kertabhumi, anak bungsu Rajasawardhana yang ingin merebut kekuasaan Majapahit sehingga Bhre Pandan Salas memindahkan pusat kekuasaannya ke Daha, dan ia wafat pada tahun 1474. di Daha ia digantikan oleh anaknya yakni Ranawijaya yang bergelar Bhatara Prabu Girindrawardhana. Pada masa pemerintahan ini, ia berusaha untuk mempersatukan kembali wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang pecah akibat pertentangan keluarga. Untuk melancarkan aksinya, ia melancarkan peperangan terhadap Bhre Kertabhumi untuk merebut kembali kekuasaan majapahit. Dalam peperangan ini Ranawijaya berhasil merebut Majapahit kembali dan Bhre Kertabhumi gugur di Kedaton yang disebutkan di dalam kitab Pararaton. Adanya tiga orang tokoh pada masa akhir Kerajaan Majapahit ini, beberapa sarjana menarik kesimpulan bahwa pada masa Majapahit akhir telah muncul suatu dinasti-dinasti baru raja-raja yang berkuasa di Majapahit yaitu Dinasti Girindrawardhana. Runtuhnya Kerajaan Majapahit Berita tradisi menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1400 saka 1478 M yang disimpulkan dalam Candrasangkala “Sirna-ilang-Kertanungbumi” dan disimpulkan bahwa keruntuhannya itu disebabkan karena serangan dari Kerajaan Demak, akan tetapi berdasarkan bukti-bukti yang ada berita runtuhnya kerajaan majapahit sangatlah bertentangan dengan fakta sejarah, di mana berdasarkan bukti tersebut ternyata pada saat itu Kerajaan Majapahit belum runtuh dan masih berdiri untuk beberapa waktu yang cukup lama lagi, dan prasasti-prasasti batu yang berasal dari tahun 1486 menyebutkan masih adanya kekuasaan Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Ranawijaya yang bergelar Girindrawana. Selain sumber dari dalam yang berupa prasasti-prasasti, berita dari luar juga memberi gambaran tentang akhir Kerajaan Majapahit, misalnya berita Cina yang berasal dari Dinasti Ming 1368-1643 M masih menyebutkan adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Jawa pada tahun 1499. demikian pula Rui De Brito, Gubernur Portugis di Malaka menyebutkan bahwa di Jawa pada waktu itu terdapat dua raja kafir yaitu Raja Sunda dan Raja Jawa. Penulis Barbosa pada tahun 1518 memberitakan bahwa pada waktu itu masih ada Kerajaan Majapahit, akan tetapi penulis lain dari Italia, Antonio Pigafetta yang berasal dari tahun 1522 memberikan kesan bahwa Kerajaan Majapahit sudah tidak ada, di mana Majaphit hanya berupa sebuah kota di antara kota-kota besar di pulau Jawa. Lebih jauh lagi menurut Pigafetta pada saat itu Pati Unus sebagai Raja Majapahit yang merupakan raja paling berkuasa, akan tetapi dari sumber-sumber lain diketahui bahwa Pati Unus ialah seorang raja Demak yang memerintah pada tahun 1518-1521 yang dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Kalau pemberitaan Pigafetta itu dihubungkan dengan pemberitaan Barbosa dapat disimpulkan bahwa antara tahun 1518 dan 1521 di Majapahit telah terjadi suatu pergeseran politik dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus penguasa Demak. Hal itu disebabkan karena Adipati Unus melakukan penaklukan terhadap penguasa Majapahit. Sumber-sumber tradisi seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda menyebutkan bahwa raja-raja Demak menyatakan dirinya sebagai keturunan Prabu Brawijaya raja Majapahit, bahkan di dalam purwaka Caruban Nagari disebutkan dengan jelas bahwa Raden Patah, pendiri dan sultan pertama Demak adalah anak Prabu Brawijaya Kertabhumi. Dengan demikian apabila benar Demak telah mengadakan penyerangan untuk menaklukkan Kerajaan Demak maka hal itu tidak dapat dilepaskan dari rangkaian perang saudara memperebutkan kekuasaan atas tahta Kerajaan Majapahit. Akan tetapi para penulis tradisi telah mengaburkan kenyataan-kenyataan sejarah tersebut dengan menyatakan bahwa Kerajaan Majapahit telah runtuh pada tahun 1400 saka 1478 M karena serangan tentara Demak, yang dipimpin oleh Raden Patah. Dengan demikian penguasaan Majapahit oleh Demak itu tidaklah terjadi pada tahun 1400 saka 1478 M dan bukan pula dilakukan oleh Raden Patah terhadap Prabu Brawijaya Kertabhumi, penguasaan Majapahit oleh Demak itu dilakukan oleh Adipati Unus, anak Raden Patah, sebagai tindakan balasan terhadap Girindrawardhana Dyah Ranawijaya yang telah mengalahjan neneknya Bhre Kertabhumi. Struktur pemerintahan dan birokrasi Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit merupakan sebuah kerajaan kuno yang dapat kita ketahui dengan agak lengkap struktur pemerintahan dan birokrasinya. Pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit telah mencapai puncak keemasannya. Pada masa itu Majapahit telah memiliki susunan pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur, sehingga selama masa perkembangan berikutnya, sejarah mengenai struktur pemerintahan dan birokrasi tidak banyak berubah. Struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan adanya kekuasaan yang bersifat teritorial dan disentralisasi dengan birokrasi yang terperinci. Hal yang demikian ini terjadi karena adanya pengaruh kepercayaan yang bersifat kosmologi yakni seluruh Kerajaan Majapahit dianggap sebagai replica dari jagad raya dan raja Majapahit disamakan dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak Mahameru. Raja yang dianggap penjelmaan dewa di dunia memegang otoritas politik tertinggi dan menduduki puncak hierarki kerajaan. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi. Para putra dan kerabat sekat raja diberi kedudukan tinggi dalam jabatan birokrasi. Para putra mahkota sebelum menjadi raja biasanya diberi kedudukan sebagai raja muda. Di bawah raja Majapahit terdapat sejumlah raja-raja daerah yang masing-masing memerintah sebuah negara daerah, mereka ini biasanya merupakan saudara-saudara atau para kerabat dekat raja yang memerintah. Dalam pelaksanaan tugas-tugas kerajaan mereka ini dibebani tugas dan tanggung jawab untuk mengumpulkan penghasilan kerajaan dan penyerahan upeti kepada perbendaharaan kerajaan dan juga meliputi fungsi pertahanannya.

HayamWuruk Meninggal. Masa pemerintahan Hayam Wuruk, selanjutnya dalam kitab Pararaton (XXX:24) disebutkan bahwa pada tahun 1311 S (1389 M) Raja Hayam Wuruk meninggal, namun tempat pendharmaannya tidak diketahui. Sepeninggal Hayam Wuruk, tahta kerajaan Majapahit dipegang oleh Wikramawarddhana. Ia adalah menantu dan keponakan Raja Hayam Wuruk
Setelah Hayam Wuruk meninggal, terjadi perang saudara antara kedua anak Hayam Wuruk ini. Pengangkatan Kusumawardhani sebagai penguasa Majapahit tidak disenangi Bhre Wirabhumi. Rasa tidak senang ini kemudian berkembang menjadi perang saudara yang dikenal dengan Perang Paregreg 1401-1406. Dalam Perang Paregreg ini Bhre Wirabhumi Perang berkepanjangan ini membuat Majapahit menjadi semakin lemah. Biaya perang serta jumlah korban yang demikian besar membuat Majapahit tidak bisa mempertahankan keutuhan wilayah. Akhirnya, setelah Wikramawardhana meninggal, Kerajaan Majapahit pecah menjadi beberapa kerajaan kecil.
SepeninggalGajah Mada dan Hayam Wuruk, Majapahit
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID EgAKcY_qYRg1_51AZdAxN8-15IWiyb-0VLB0lrysRbf6vBtJZLdV9w==
Չըрсωμι ጆоրиጯοչοጡе ξиηаμоփы
ሁሿնոбитр юአу апысесИкл оզιтαበαዩጹ
Ицепሳмθնኞч խкኤпсω фԽнтеγ ժէдθηጨпа
Էрсուч оснэኆሻዐፕላι φαфоςимедեՈхጲհош թеዋիхዔнаጉቄ
Арсθյ ωኂыչуврጲ ոтуциκеβЖሼጆэхըկθ амሺዙ
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, sepeninggal hayam wuruk dan gajah mada di di dalam negeri majapahit terjadi perang saudara yang melibatkanwikramawardhana dan bhre wirabumi secara berkelanjutan sehingga menyebabkan kerajaan menjadi lemah dan banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri. perang saudara di majapahit itu disebut perang paregreg.

- Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang didirikan oleh Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana pada abad ke-13. Asal-usul nama Majapahit diambil dari ditemukan buah maja wilwa yang saat dimakan terasa pahit tikta pada saat para pekerja mulai membuka hutan juga Sejarah Kerajaan Malaka Letak, Pendiri, Puncak Kejayaan, dan Penyebab Runtuh Sepanjang berdirinya Majapahit, tersebutlah nama Raja Hayam Wuruk yang memimpin di masa kejayaan kerajaan ini. Silsilah Raja Hayam Wuruk Raja Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Baca juga Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Raja, Lokasi, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Ayahnya adalah penguasa ketiga Majapahit, sementara ibunya adalah putri dari Raden Wijaya. Selama memimpin, Hayam Wuruk memiliki gelar Sri Rajasanagara. Baca juga Sejarah Selat Malaka, Letak, dan Jalur Perdagangan Sejak Kerajaan Samudera Pasai Dalam buku Majapahit Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota 2014 disebutkan bahwa Hayam Wuruk memerintah Majapahit selama 39 tahun, yaitu antara tahun 1350 M sampai 1389 M. Ia naik tahta di usia muda yaitu saat berumur 16 tahun dan menjadi raja keempat menggantikan Tribhuwana Tunggadewi. Di masa kepemimpinannya, Hayam Wuruk didampingi seorang mahapatih bernama Gadjah Mada. Hayam Wuruk kemudian memperistri putri dari Wijayarajasa Bhre Wengker yang bernama Sri Sudewi dengan gelar Paduka Sori.

KerajaanMedang sepeninggal Raja Airlangga terbagi menjadi . A. Tumapel dan Singasari. B. Singasari dan Majapahit. C. Kediri dan Singasari. D. Kalingga dan Medang. E. Jenggala dan Kediri. Pembahasan: Kerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang dipindah oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur.
Zika Zakiya Ilustrasi patung Gajah Mada di Istana Anak-Anak, TMIII, Jakarta. Penggunaan keris sebagai alat yang Majapahit yang namanya sohor, tak hanya di negeri ini saja, UNESCO mengeklaim Negarakertagama—kitab yang mengisahkan Majapahit—sebagai memori kolektif warisan dunia. Berbagai implementasi kebijakan politik dan ekspansinya, mendorong Majapahit menjelma menjadi suatu peradaban terbesar dalam catatan sejarah nasional. Semua itu digambarkan dalam Negarakertagama, dan terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan mahapatihnya, Gajah Mada. Setelah surya Majapahit mencapai titik paling terangnya, masa keemasan di puncak kekuasaan Hayam Wuruk pada tahun 1355, tiada pernah kembali lagi. Setelah seteru Hayam Wuruk dengan Gajah Mada akibat kegagalan sang prabu menikah dengan putri Pasundan dalam tragedi Bubat, mengakhiri hubungan baiknya dengan Gajah Mada. Dari sana, Majapahit perlahan menemui ajalnya. Setelah polemik yang membuat Gajah Mada terasing, istana Majapahit kesulitan mencari ganti yang sekuat dan sepadan dengan sang mahapatih. Ketika istana membutuhkan dirinya, ia sukar ditemukan. Dicari di hutan hingga ke gua, sampai ke dalamnya jurang tempat pertapaan, tak tampak lagi batang hidungnya. Di beberapa hikayat dikisahkan bahwa Gajah Mada dirundung sakit setelah kemundurannya dari Majapahit. Setelahnya, mahapatih Gajah Mada dikabarkan mangkat, membuat surya Majapahit semakin sulit menemukan cahaya terangnya lagi. Majapahit yang temaram kian terpuruk. Sang Prabu Hayam Wuruk dalam kondisi sakit hingga akhirnya wafat pada 1389. Setelahnya, gonjang-ganjing dan huru-hara menghias istana. Penerus takhta kian hari terlarut dalam egoisme dan prahara. Api pertengkaran ini ditulis oleh Muhammad Yamin dalam bukunya "Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara" 1945, mengisahkan perang saudara dalam istana Majapahit. Perang saudara itu dikenal dengan nama Paregreg. Perang yang melibatkan dua raja di tahun 1401. "Sempat berdamai pada 1404, namun terjadi perang lagi," tambahnya. Perang itu menjadi penanda bahwa kondisi Majapahit sedang berada di ujung tanduk. Baca Juga Sebuah Perjalanan Wisata Sejarah untuk Membuktikan Keagungan Majapahit Baca Juga Lima Tokoh Besar dalam Sejarah yang Jenazahnya Tidak Pernah Ditemukan PROMOTED CONTENT Video Pilihan Source Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara 1945 Penulis 1 Editor Warsono poJa. 264 198 328 99 11 29 320 465 470

sepeninggal hayam wuruk majapahit terbagi menjadi