ï»ż1Piala 6 Nominasi. Drama ‧ 1j 49m. Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara adalah sebuah film Indonesia 2016 yang digarap oleh rumah produksi Film One Productions dan disutradarai oleh Herwin Novianto. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang wanita muslim yang menjadi guru di sebuah desa terpencil. Summary Aisyah just graduated. She lives in Ciwidey, West Java, a religious village near a tea plantation, with her mother and younger brother. Her father had died a few years ago. She wants to be a teacher. One day, she gets a call from the foundation where she enrolled she gets her wish fulfilled at the location that she never knows Derok, North Middle Timor District. From the beginning she feels like a "foreigner". The local people mistake her as Sister Maria, just because she wears a veil like a sister. The people is expecting the arrival of Sister Maria as a teacher in the village. This isolated village is without electricity and cellular signals. The new environment, the different tradition and religion make Aisyah giddy. Fortunately there is Pedro Arie Kriting who makes the problems easy. She must face the hatred of one of his student, Lordis Defam. Through the chief, she understand that she is a Muslim who is considered an enemy by Lordis Defam who is a catholic Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Trailer Watch Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Online No streaming options found. Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Photos Cast Crew Aisyah Biarkan Kami Bersaudara (English: Aisyah, Let Us be a family) is a 2016 Indonesian film produced by Film One Productions and directed by Herwin Novianto.The film was about a Muslim women who become teacher in a Catholic village. Shooting location was on Atambua, East Nusa Tenggara.The film starred Laudya Cynthia Bella, Lidya Kandau, Arie Kriting, and Ge Pamungkas.
Menjelang akhir Mei lalu gue sempet nonton satu film Indonesia bagus, judulnya “Aisyah – Biarkan Kami Bersaudara.” Sayangnya waktu itu gue nggak sempet nulis reviewnya langsung pas filmnya masih fresh dan bahkan belum tayang di bioskop, sekarang begitu filmnya udah turun, baru sempet gue tulis. -_- Tapi biar gitu, menurut gue semua orang butuh tau kalau kita punya film yang dibuat dan dikemas dengan sangat baik. Menurut gue sih ini film level festival. Sarat makna, sederhana, dekat dengan keseharian, punya pesan moral, dan menghibur, tentu saja. Selipan komedinya pas dan nggak kerasa dibuat-buat. Film ini mengisahkan Aisyah Laudya Cynthia Bella yang berprofesi sebagai guru yang ditempatkan di sebuah desa di Atambua. Ceritanya dimulai dari Aisyah masih menunggu kepastian penempatan di Puncak sana, sampai akhirnya dia harus beradaptasi di Atambua. Aisyah digambarkan sebagai seorang perempuan Islam yang taat tapi juga toleran, baik hati, mudah beradaptasi, dan sabar luar biasa. Sebenernya menurut gue hampir nggak ada konflik berarti sih di film ini. Konflik agama yang ditonjolkan juga nggak gitu-gitu amat rasanya. Bukan tiba-tiba si Aisyah ditimpukin batu atau apa, atau diusir dari kampung, cuma ada satu anak SD yang pemberontak aja yang bikin suasana belajar jadi nggak enak karena dia doang yang bawa-bawa isu agama di sana mayoritas Katolik, jadi si Aisyah ini kayak jarum di ladang jerami gitu dan menghasut temen-temennya yang lain untuk nggak sekolah hanya karena gurunya Islam. Nah, menurut gue sih konfliknya cuma di sini aja, dan tetep kurang kuat. If I were her, I personally wouldn’t really bother on that one kiddo if I can still manage the rest. Dari keseluruhan cerita, gue masih ngerasa Aisyah ini hidupnya sebenarnya baik-baik aja. Dateng dari keluarga Sunda baik-baik yang berkecukupan. Kaya nggak, miskin juga nggak. Punya ibu yang baik dan perhatian, punya gebetan cakep yang juga perhatian malah bikin hepi pada akhirnya, yang kalau mereka nggak jadian pun sebenernya nggak bikin dampak apa-apa, menurut gue Aisyahnya bakal baik-baik aja. Temen-temen dan warga kampung tempat Aisyah mengajar juga super baik semua dan berusaha bikin Aisyah merasa nyaman dan terbantu, walaupun di sana susah dapet makanan halal dan Aisyah sempet hampir nggak bisa pulang kampung pas Lebaran, semua warga ngebantuin. Bahkan ketika dia mengalami kesusahan di awal masa mengajarnya karena anak-anak yang awalnya kehasut isu agama itu pada mogok sekolah, kepala desa di sana segera turun tangan dan membantu. Terlepas dari kering dan tandusnya desa itu, bahkan sampe kekurangan air, tetep aja gue nggak ngeliat Aisyah susah-susah amat idupnya. Jadi apa yang bikin gue merasa film ini bagus? 1. Karena kekuatan akting semua pemainnya. Gue ngerasa mereka mainnya nggak ngasal, malah natural, jadi nontonnya enak. 2. Karena sinematografinya yang bisa bikin gue pengen cabut ke Atambua, dan makin yakin gue harus sering-sering eksplorasi Indonesia Timur. 3. Karena film ini membuka mata soal kualitas hidup temen-temen di Indonesia Timur dan bagaimana pemerataan pembangunan harus ditingkatkan di sana karena
 jomplang banget. Atau mungkin agak terlupakan. 4. Karena film ini juga nunjukkin kalau hidup berdampingan beda agama, atau jadi minoritas di wilayah agama mayoritas itu nggak susah. Banyak juga yang baik-baik aja, kok. Intinya orang baik di dunia ini tuh masih banyak banget. It doesn’t matter how you look or what your belief is. Nggak bilang Indonesia 100% super damai juga, tapi paling nggak sampai saat ini gue ngerasanya negara ini masih punya banyak harapan untuk bisa hidup damai berdampingan terlepas perbedaan suku, agama, ras, kehidupan, kondisi ekonomi, dan jahat dan nyebelin banyak, tapi yang baik-baik juga banyak. 5. Karena buatnya niat. Lo bisa bedain lah ya film yang dibuat asal jadi sama yang dibikinnya pake hati. Lo bisa ngerasa kok film ini dibuat dengan sangat baik, paling nggak dengan dedikasi. Apakah bisa lebih baik lagi? Bisa banget. Menurut gue sayang aja film bagus ini posternya cuma gitu doang. Harusnya bisa lebih “inviting.” Terus sound/scoring di beberapa scene sempet kekencengan, tapi sisanya OK. Teruuus, pesan dari film ini menurut gue sih bisa digeser/dititikberatkan ke hal lain, misalnya tentang perjuangan hidup di desa yang tertinggal, atau cantiknya Atambua, atau susahnya dapat akses ke pendidikan di desa terpencil, atau ke nilai-nilai persahabatan aja sekalian kayak Laskar Pelangi. I know this film covers almost all that aspects, but they emphasized it too hard on the religion bit I almost feel it’s a tad too much. Oh, satu lagi, coba tanggal rilisnya dibarengin sama pas anak-anak sekolah pada libur, mungkin film ini bisa bertahan lebih lama, paling nggak punya kans lebih besar untuk diliat sama anak-anak dan orang tua yang lagi pada libur. But all in all, once again, I love that it is well made, well written, and well acted! So if one day you have the chance to watch it though it’s not in theater anymore, please do! 😀
Homepage/ Uncategorized "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara", Sebuah Review Santai. Follow Us; May 24, 2016 by Sebuah Review Santai. Pulang dari liburan ke Lombok, saya tergopoh-gopoh nonton film 'Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara'. Film islami yang lain? Jenis film yang memadukan nilai-nilai religi dengan traveling? Tak ada informasi sama Pada tahun 2016 ini sejumlah film baru telah dirilis termasuk film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara, hal ini tentunya akan menimbulkan minat seseorang untuk nonton movie Aisyah biarkan kami bersaudara baik secara streaming maupun menonton di bioskop-bioskop kesayangan anda. Karena saat ini segala jenis film sudah banyak tersedia untuk ditonton secara online dari berbagai genre. Termasuk juga film Aisyah biarkan kami bersaudara yang dapat anda saksikan di internet. Diberbagai website film online anda bisa mencari film-film yang anda inginkan bahkan film terbaru yang telah tayang terlebih dahulu di bioskop. Kelebihan dari streaming ini sendiri lebih praktis dibandingkan bila anda harus pergi ke bioskop-bioskop yang harus mengantri tiket terlebih dahulu. Sedangkan kalo streaming anda hanya bermodalkan laptop ataupun jaringan internet seperti kuota atau drama Indonesia yang berjudul “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara” ini merupakan film yang bercerita tentang kisah nyata sebuah kehidupan. Tokoh Aisyah merupakan seorang gadis muslim yang menjadi guru di salah satu daerah terpencil di negeri Indonesia. Tokoh Aisyah yang diperankan oleh Laudya Cintya Bella yang merupakan seorang gadis muslim yang berkeinginan untuk menjadi seorang guru dan pada suatu ketika dia mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang guru dan mengajar di daerah terpencil Atambua, Nusa Tenggara Timur. Tentunya film ini sangat menarik untuk ditonton, khususnya bagi anda yang menyukai film kisah nyata seperti ini. Bagi anda yang tidak sempat nonton movie Aisyah biarkan kami bersaudara di bioskop anda masih bisa melihatnya secara online atau streaming. Tentunya lebih mengasyikan bila anda nonton film dengan streaming, bisa dilakukan dimanapun selagi ada jaringan ini bertemakan tentang pendidikan dan sangat inspiratif, sehingga dapat ditonton oleh siapapun dari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Jadi, walaupun nonton movie Aisyah biarkan kami bersaudara dilakukan dengan streaming semua itu tidak akan mengubah indahnya jalan cerita film tersebut. Bahkan dengan anda menonton film ini secara streaming justru dapat dinikmati dirumah bersama dengan keluarga anda tanpa harus pergi bioskop untuk dapat nonton drama korea tersebut. Tinggal anda cari saja di berbagai situs film online di internet, maka anda dapat menikmati film yang anda mau termasuk juga film Aisyah ini, karena nonton film streaming jauh lebih posts Film Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara. 2016:: Drama:: 109 menit:: 13 TAHUN KE ATAS Timor Tengah Utara, Ciwidey, Katolik, Guru, Identitas (6.5 / 10) (3) Produser Hamdhani Koestoro Sutradara Herwin Novianto Penulis Jujur Prananto, Gunawan Raharja Pemeran Laudya Cynthia Bella

Sinopsis film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Sekilas film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara ini mengusung tema religi namun sebenarnya film ini mengakat tema persatuan dan menghargai. Dengan pengambilan film di tanah NTT, latar cerita tampak sangat nyata dengan perbedaan kepercayaan yang ada, apalagi hal tersebut nyata di terjadi Indonesia sendiri. Kisah dibuka dengan munculnya Aisyah Laudya C. Bella yang tinggal di tanah Ciwidey, Jawa Barat dan baru saja lulus sebagai sarjana. Aisyah yang tumbuh dengan nilai-nilai keagaaman yang serius berkeinginan untuk menjadi guru. Baca juga MODUS 2016 – Sinopsis Lengkap dan Nonton Trailer Video Maut 2016 – Sinopsis Lengkap dan Nonton Trailer Suatu hari Aisyah mendapatkan telepon dari yayasan tempat ia mendaftar bahwa ia diterima menjadi seorang guru namun ia harus pergi jauh ke NTT meninggalkan ayah, ibu serta adik laki-lakinya. Hal tersebut membuat ia dan ibunya bertengkar karena tak kuasa menahan kepergian anak perempuannya, apalagi tempat tersebut sangat terpelosok. Niat Aisyah tidak bisa dibendung lagi, ia akhirnya berangkat ke Dusun Derok kabupaten Timur Tengah Utara. Sesampainya disana betapa terkejutnya ia bahwa tempat tersebut sangat kering dan tidak ada listrik ataupun internet. Di sana Aisyah bertemu kepala desa dan juga warga dusun, namun mereka mengira Aisyah adalah suster Maria. Aisyah yang mengetahui hal tersebut kontan kaget dan pingsan, alasannya adalah warga mengharapkan kehadiran seorang suster disana dan karena sama-sama mereka memakai kerudung. Mayoritas warga disana beragama katolik, hal itulah yang menjadi tantangan bagi Aisyah, dilempari batu, diejek banyak orang sudah menjadi makanan sehari-hari disana. Namun ia tidak pantang menyerah, kehadiran Pedro Arie Keriting yang lucu mampu membuat Aisyah sedikit melupakan masalahnya. Kehadiran salah satu muridnya bernama Lordis Defam membuat Aisyah sedih. Lordis yang sengaja membenci Aisyah dan mulai menghasut teman-teman agar tidak masuk sekolah, awalnya Aisyah tidak tahu sebabnya ternyata ia baru menyadari seorang muslim disana dianggap sebagai musuh, hal itu yang ditanamkan oleh paman Lordis Defam yang beragama katholik. Aisyah yang sedih merasa putus asa dan menelepon ibunya untuk menceritakan semuanya, namun apa yang dikatakan ibu Aisyah adalah menyuruhnyakembali dan mengajar disana daripada mengajar ditempat yang tidak bisa menerima dia. Apakah pilihan Aisyah? akankah ia kembali ke Jawa Barat atau tetap tinggal? Saksikan kelanjutan ceritanya di film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara. Informasi film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Judul Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Jenis Drama Produser Hamdhani Koestoro Sutradara Herwin Novianto Penulis Jujur Prananto Pemain Laudya Cynthia Bella, Lydia Kandou, Ge Pamungkas, Arie Kriting, Surya Sahetapi Produksi Film One Production Negara Indonesia Bahasa Bahasa Indonesia Tanggal Rilis 19 Mei 2016 Poster film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Trailer film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara Artikel Terkait

Reviews Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara. Berani. Mungkin satu kata ini yang pantas untuk menggambarkan karakter Aisyah (diperankan oleh Laudya Cynthia Bella) di dalam film garapan Herwin Novianto ini. Aisyah yang seorang sarjana pendidikan masih menunggu panggilan pekerjaan. Ia sangat bermimpi bisa menjadi guru di sekolah pedalaman.
Pembahasan di artikel ini Ada terlalu banyak kebetulan di film Aisyah Biarkan Kami ini mengalami beberapa kali kesalahan saja Aisyah tidak mematok kisah ini terjadi di tahun kapan, ujaran saya ini otomatis ketika beralih ke substansi, kita mesti memuji bagaimana Jujur Prananto “sengaja” meluberkan berbagai holistik kita seperti tidak sedang menonton film, melainkan melihat manusia-manusia nyata beserta kemungkinan-kemungkinan riil di sekelilingnya. Ada terlalu banyak kebetulan di film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara. Sedikit kebetulan itu menyenangkan, sedang kebanyakan justru bikin komplikasi. Prolog jadi goyah. Meski begitu, setelah mencoba mengendapkan sekian waktu, saya disadarkan bahwa pilihan-pilihan itu memang disengaja. Penonton diajak mengikuti Aisyah, perempuan berjilbab yang menunggu panggilan kerja sebagai guru dari sebuah yayasan. Dia berada di posisi belum pasti tentang kapan jadwal pengangkatannya. Sampai selisih waktu singkat, datang telepon yang mengatakan dia bisa segera menjadi guru kalau mau ditempatkan di Derok, Kabupaten Timor Tengah Utara sebab ada kandidat yang mengundurkan diri. Tanpa punya tendensi macam-macam di awal, dia menerimanya–keputusan mendadak yang justru membuat kaget orang-orang terdekat. Sampai di tempat, Aisyah sadar bahwa ada sangat banyak tantangan yang bakal menghampirinya hari demi hari ke depan. Film ini mengalami beberapa kali kesalahan logika. Dan itulah mengapa saya di awal menyinggung kata “kebetulan” dengan penekanan. Karena terlalu banyak “kebetulan” yang coba disisipkan, naskahnya pun kewalahan. Timeline di layar agak susah kalau coba disesuaikan dengan pola berpikir realistis. Pada bagian ini, ingat bahwa bahasan kita masih di perkara logika belum substansi. Ambil contoh yang paling kentara penempatan Natal dan Idul Fitri yang tidak terpaut jauh jarak perayaannya. Kalau saja Aisyah tidak mematok kisah ini terjadi di tahun kapan, ujaran saya ini otomatis gugur. Sayangnya, departemen production design kedodoran lewat dimasukkannya elemen-elemen penunjuk “kekinian” semacam smartphone, motor, mobil, dan sebagainya. Kalau saya tidak salah perkiraan, dengan seting waktu yang dipertunjukkan semestinya film ini berada jauh sebelum smartphone populer, atau malah terletak di masa depan sekalian. Baru ketika beralih ke substansi, kita mesti memuji bagaimana Jujur Prananto “sengaja” meluberkan berbagai realita. Dengan posisi Indonesia seperti sekarang ini 2016, berbagai fragmennya adalah wujud kegelisahan yang bisa dialami dan diamini oleh semua orang. Coba tengok, baru juga di awal, kita sudah disambut dengan peringatan 100 hari meninggal. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana etnisitas sebenarnya bukanlah masalah besar. Aisyah yang perempuan, muslimah, dan Sunda tinggal bersama masyarakat adat yang berbeda agama, penduduk asli NTT, malahan Aisyah dilindungi-diayomi langsung oleh tetuanya. Banyak sekali penyajian semacam ini. Dan secara jujur, relasi dengan kondisi sekarang di mana banyak bermunculan orang bersumbu pendek, kehangatan dalam film Aisyah sukses membuat haru dan merinding. Sentimen buruk lahir karena salah paham, salah informasi seperti yang dialami Lordis Defam diperankan Dionisius Rivaldo Moruk, dan minimnya kesadaran bersosial. Layaknya karakter Aisyah, ini bukanlah film yang sempurna. Kalau sempurna, pasti film ini bisa menaruh product placement dengan lebih baik, bisa membangun jembatan plot yang utuh, bisa memberikan konklusi yang tidak se-lite ini. Namun, Aisyah melalui akting natural Laudya Cynthia Bella adalah sosok yang mau menjalani dan hidup menerima sekaligus belajar dari keadaan sekitar. Di beberapa bagian, melakukan kesalahan itu wajar. Secara holistik kita seperti tidak sedang menonton film, melainkan melihat manusia-manusia nyata beserta kemungkinan-kemungkinan riil di sekelilingnya. Aisyah Biarkan Kami Bersaudara memperoleh dari 10 bintang. Film ini telah ditonton pada 30 Oktober 2016, review resmi ditulis pada 30 Oktober, 26 Desember, dan 31 Desember 2016. Visited 883 times, 1 visits today TRIBUNNEWSCOM, MAJALENGKA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka menggelar nonton bareng (nobar) Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara di halaman Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka. Kasubid Apresiasi dan Penghargaan-Pusat Pengembangan Perfilman Kemdikbud, Dini Indrawati sangat antusias dan berharap generasi muda y Download Aisyah Biarkan Kami Bersaudara 2016 TVRipDirector Herwin NoviantoWriter Jujur PranantoStars Laudya Cynthia Bella, Ge Pamungkas, Arie Kriting, Lydia KandouSinopsis Sinopsis film AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA bercerita tentang seorang gadis muslim berparas ayu yang memiliki cita-cita menjadi guru lantaran ia selalu terkenang akan pesan ayahnya untuk membagi ilmu. Begitu memperoleh kesempatan untuk mengajar di Atambua, gadis ini pun meninggalkan kampung halamannya. Desa yang ia tuju dihuni oleh komunitas agama lain. Ia harus berusaha untuk beradaptasi hidup disana, selain itu ia juga harus berjuang untuk memperbaiki kualitas pendidikan di desa terpencil Download Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara 2016 TVRipOpenload 360p 480p 720p sySqg. 49 373 397 448 451 372 263 350 194

nonton film indonesia aisyah biarkan kami bersaudara